Jakarta, 5 Juni 2021 – Hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) 2021 bertemakan “Decade on Ecosystem Restoration 2021-2030” diperingati seluruh penjuru dunia baik pemerintah, sektor swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun masyarakat umum berupaya untuk meningkatkan kesadaran untuk memperbaiki dan melindungi lingkungan di berbagai negara. Indonesia tak luput dari perhatian dunia sebagai salah satu negara dengan wilayah hutan tropis yang berfungsi sebagai paru-paru dunia yang memiliki komitmen perubahan iklim di Indonesia.
Setiap tahun pemerintah bersama berbagai pihak swasta berusaha meningkatkan kesadaran publik dan mendorong tindakan untuk perlindungan lingkungan, baik dengan upaya mengurangi laju deforestasi, larangan pembuangan sampah tidak pada tempatnya, pengurangan emisi gas rumah kaca, perlindungan flora dan fauna, dan mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengarahkan aksi atau tindakan para pelaku bisnis untuk menerapkan praktik berkelanjutan dalam rantai usaha mereka.
Sebagai bentuk komitmen negara untuk mengurangi emisi karbon, Pemerintah Indonesia serta pemangku kepentingan lainnya telah melaksanakan berbagai terobosan. Salah satu contoh adalah Perseroan Negara, PLN (Persero) berkomitmen untuk menggunakan energi terbarukan dan bebas emisi karbon. Di lain pihak pemerintah tidak akan mengeluarkan izin baru untuk pembangunan pembangkit listrik tenaga batubara. Dan dari sektor kehutanan, Pemerintah Indonesia telah berhasil menurunkan laju deforestasi dan kebakaran hutan dan lahan secara signifikan.
Direktur Tropical Forest Alliance (TFA) untuk Asia Tenggara, Rizal Algamar mengatakan, TFA adalah bagian dari World Economic Forum (WEF) sebagai platform para pihak yang mendorong kerja gotong royong lintas aktor di berbagai sektor dari swasta, organisasi kemasyarakatan dan pemerintahan untuk mendukung kemajuan dari program pembangunan yang berkelanjutan dengan memperkuat ekosistem rantai pasok yang berkelanjutan serta bebas dari deforestasi guna mendukung pencapaian Sustainable Development Goals dan Kesepakatan Paris.
“Pentingya hari lingkungan hidup sedunia ini menjadi momentum untuk mengambil peranan dan mendorong aksi kolektif bersama-sama untuk mencapai tujuan perubahan iklim di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia,” ujar Rizal.
Ia kemudian menjelaskan peranan TFA dalam dalam program aksi kolektif bersama ini memperkuat dan membuka dialog antara produser dan pembeli, mendorong kerjasama antara pemangku kepentingan agar dapat menyusun suatu kerangka strategis untuk akselerasi pencapaian pembangunan rendah karbon. TFA bersama para mitra juga menyusun berbagai studi yang berbasis data dan fakta agar dapat menggambarkan upaya transformasi bisnis dalam rangka ikut serta dalam bergotong-royong untuk pembangunan yang berkelanjutan.
Perlindungan dan kesehatan lingkungan merupakan isu global yang selalu menjadi sorotan karena mempengaruhi kesejahteraan dan pembangunan ekonomi di seluruh dunia. Berdasarkan data dari IUCN, bahwasannya lebih dari 80% proses ekologi di dunia akan terdampak oleh perubahan iklim dan sekitar 37% upaya mitigasi untuk memenuhi tuntutan pembatasan kenaikan suhu dibawah 2 derajat celcius yang tertera di dalam Kesepakatan Iklim Paris (Paris Climate Agreement) merupakan solusi berbasis lingkungan.
Di hari Lingkungan Hidup Sedunia di tahun 2021 yang bertemakan “Decade on Ecosystem Restoration 2021-2030” ini, PBB telah memulai sebuah misi global untuk menghidupkan kembali miliaran hektar hutan dan lahan pertanian di berbagai wilayah dalam skala global. Misi ini berarti menghentikan dan memperbaiki kerusakan, serta beralih dari eksploitasi alam ke memulihkan alam. Tidak semua aksi global saja yang harus kita lakukan tetapi kita sebagai individu maupun keluarga juga bisa melakukan aksi serupa dengan melakukan berbagai tindakan kecil seperti memelihara tanaman dan menanam pohon, penghijauan di berbagai tempat di wilayah rumah, lingkungan serta perkotaan, menghidupkan kembali kebun dan lahan hijau, atau membersihkan sampah di sepanjang sungai dan pantai-pantai serta merubah pola konsumsi kita dan penggunaan plastik.
Krisis iklim adalah tantangan yang menentukan untuk generasi kita. Tahun 2021-2030 merupakan dekade gotong royong untuk restorasi ekosistem agar kita dapat mengatasi krisis iklim untuk masa depan generasi yang akan datang.